Pemimpin Negara atau Presiden, dipilih itu
karena sebelumnya mencalonkan diri dan bukan ditunjuk atau dukungan terbanyak
dari rakyat yg memilihnya. kebaikan beliau jadi publikasi dimana-mana, cacian
untuk lawan-pun bertaburan oleh pendukung dan para simpatisannya. dan akhirnya tidak
banyak yg mengakui sebagai pendukung dalam kegagalan beliau, tidak seperti
sebelumnya.
Tapi sebaiknya kita tdk lupa, kebenaran itu datang
dari agama dan bukan pemimpin agama ataupun cendekiawan. dalam agama
tersurat :
Hadis riwayat Abu Musa ra., ia berkata:
Aku menemui Nabi saw. bersama dua orang lelaki anak
pamanku. Seorang dari keduanya berkata: "Wahai Rasulullah, angkatlah kami
sebagai pemimpin atas sebagian wilayah kekuasaanmu yang telah diberikan Allah
azza wa jalla! "
Lalu Rasulullah saw. bersabda: "Demi Allah, kami
tidak akan mengangkat seorang pun yang meminta sebagai pemimpin atas tugas ini
dan tidak juga seorang yang berambisi memperolehnya."
(Shahih Muslim)
Rasulullah bersabda:
"Kami tidak mengangkat orang yang berambisi
berkedudukan."
(HR. Muslim)
Rasulullah Saw berkata kepada Abdurrahman bin Samurah,:
"Wahai Abdurrahman bin Samurah, janganlah engkau
menuntut suatu jabatan. Sesungguhnya jika diberi karena ambisimu maka kamu akan
menanggung seluruh bebannya. Tetapi jika ditugaskan tanpa ambisimu maka kamu
akan ditolong mengatasinya."
(HR. Bukhari dan Muslim)
kalau seperti ini,
pernahkan kita mendengar pemimpin yang tidak pernah mencalonkan
diri, tapi justru dicalonkan dan atas dukungan rakyat?.
Adalah suatu yg
mustahil jaman sekarang untuk mau jujur dengan isi agama. dalil pembenaran
maupun pola pikir sendiri-sendiri yg mengedepankan ego, bukan saja kalangan yg
kurang memahami agama, tapi para mubaligh maupun cendekiawan-pun telah terbuai
oleh tipuan syetan untuk urusan duniawi.
Kecerdasan makin
jauh karena tertutup ego dan banyak kepentingan. cara memandang suatu urusanpun
sedikit-demi sedikit terlepas dari tuntunan kebenaran (agama), ego menjauhkan
manusia untuk mengenal siapa dirinya dan bagaimana dgn dirinya kelak.
Untuk para pengelola media maupun para pendukung serta calon yang kalah:
Untuk jadi seorang
pemimpin, jika mengacu pada isi agama, maka tidaklah harus ambisi untuk
mencalonkan diri, tapi berbuatlah yg terbaik dan biarlah masyarakat atau rakyat
yg memilihnya atas kriteria tersebut, dan demi kebenaran, bagi yang lain yang diantaranya para pesaing termasuk para pendukungnya untuk
tidak menghujat atau mencaci (Y) , apalagi "wakaf fitnah" melalui media (hisab dosa
terus berjalan ketika anda mati, karena tulisan anda di media tertanam dan
dibaca orang selamanya ) :(
Jangan tipu rakyat
indonesia yg begitu banyak dan tidak anda kenali, karena anda-pun tidak kenal
saya :) jangan sombong dengan luas
indonesia yg tidak bisa anda lakukan hanya dengan ambisi.
Dosa pemimpin
adalah dosa yg paling halus namun paling besar. halus dan samar karena lalai,
tidur, tertawa dan ketika makan, sedangkan besar karena pemimpin-lah
penanggungjawab mereka.
==========================================
Jokowi adalah fenomena baru di Indonesia era kini, beliau sebelumnya
tidak memikirkan untuk menjadi presiden “ora mikir” dan ketika wacana
masyarakat yang memilih beliau untuk mencalonkan diri menjadi presiden,
beliaupun hanya berkomentar “copras-capres”, begitu pula ketika para kandidat
sibuk promosi program termasuk kampanye program kedepan yang akhirnya malah
menimbulkan kegelisahan masyarakat, karena mereka tidak percaya dengan para
kandidat yang bermunculan dan menebarkan janji , yang akhirnya desakan-pun
semakin kuat untuk meminta beliau maju dalam pemilihan presiden, maka jawaban
beliau adalah dengan mendatangi orang tua beliau yaitu ibunya, ibu yang menjadi
wali Allah.
(BR)